

Permohonan penyelesaian 10 perkara berdasarkan mekanisme restorative justice (Keadilan restoratif) mendapat persetujuan dari Jaksa Agung melalui Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung RI (JAM-Pidum Kejagung), Prof Dr. Asep Nana Mulyana. Persetujuan itu diberikan dalam ekspor virtual pada Selasa, 22 Oktober 2024.
Ke-10 perkara tersebut diusulkan oleh 7 Kejaksaan Negeri (Kejari) dan satu cabang Kejari. Sementara kasus yang melibatkan 10 tersangka tersebut bervariasi dari penganiayaan, penadahan, pelanggaran Lalu Lintas, hingga kekerasan dalam rumah tangga.
Dengan diberikannya persetujuan tersebut, JAM-Pidum meminta Kepala Kejari dan Kepala Cabang Kejari untuk menerbitkan untuk menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKP2) Berdasarkan Keadilan Restoratif sesuai Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 dan Surat Edaran JAM-Pidum Nomor: 01/E/EJP/02/2022 tanggal 10 Februari 2022 tentang Pelaksanaan Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif sebagai perwujudan kepastian hukum.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Puspenkum) Kejagung, Dr Harli Siregar, S.H., M.Hum, menjelaskan salah satu perkara yang mendapat persetujuan restorative justice tersebut adalah kasus pencurian dengan tersangka Zainar Arifin bin Mukhlis.
Permohonan keadilan restoratif perkara ini diajukan oleh Kejati Kabupaten Pekalongan.
Perkara ini bermulai ketika Tersangka yang tengah memiliki kebutuhan membayar uang sekolah anak melihat sebuah sepeda motor terparkir di belakang kompleks Pasar Kedungwuni, Pekalongan. Melihat kunci sepeda motor dalam posisi on namun tidak terdapat kunci kontak, Tersangka mencoba menaiki dan menyelah tuas kick starter.
Setelah mesin menyala, Tersangka membawa kabur sepeda motor tersebut dan menjualnya untuk biaya membayar keperluan sekolah anak.
Pemilik yang menyadari sepeda motornya dicuri mengejar tersangka yang sempat berhasil kabur. Namun upaya Tersangka meloloskan diri digagalkan warga yang segera mengamankan pelaku ke Polsek Kedungwuni, Polres Pekalongan.
Mengetahui posisi kasus tersebut, Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Pekalongan Feni Nilasari, S.H., M.H. dan Kasi Pidum Tony Aji Kurniawan, S.H. serta Jaksa Fasilitator Triyo Jatmiko, S.H., M.H., dan Broto Susilo, S.H.,M.H. menginisiasikan penyelesaian perkara ini melalui mekanisme restorative justice. Inisiasi tersebut diterima korban yang menerima permohonan maaf Tersangka serta meminta proses hukum dihentikan.
Setelah tercapainya kesepakatan damai, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah Ponco Hartanto, S.H., M.H. yang mendapat permohonan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif mengajukan permohonan ke JAM-Pidum Kejagung.
Selain kasus pencurian sepeda motor di Pekalongan, JAM-Pidum juga memberikan persetujuan penyelesaian 9 perkara melalui keadilan restoratif dengan tersangka:
Tersangka Manto dari Kejaksaan Negeri Dompu, yang disangka melanggar Pasal 44 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Dalam penghentian penuntutan berdasakan keadilan restoratif terhadap keenam perkara tersebut, JAM-Pidum memberikan persetujuannya dengan alasan telah dilaksanakan proses perdamaian antara tersangka dan korban; Tersangka belum pernah dihukum; Tersangka baru pertama kali melakukan perbuatan pidana; Ancaman pidana denda atau penjara tidak lebih dari lima tahun.
Alasan lainnya adalah Tersangka berjanji tidak akan lagi mengulangi perbuatannya; Proses perdamaian dilakukan secara sukarela dengan musyawarah untuk mufakat, tanpa tekanan, paksaan, dan intimidasi; Kedua pihak yang berperkara setuju untuk tidak melanjutkan permasalahan ke persidangan karena tidak akan membawa manfaat yang lebih besar; Pertimbangan sosiologis; serta adanya respons positif dari masyarakat.
Salah satu ketentuan penting adalah terkait pemaafan hakim, saksi mahkota, serta kebijakan keadilan restoratif
Baca SelengkapnyaKUHAP perlu pembaruan karena telah berusia lebih dari 40 tahun dan dianggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan hukum dan paradigma masyarakat saat ini
Baca SelengkapnyaInstall Story Kejaksaan
story.kejaksaan.go.id