

Perkembangan kejahatan lintas negara dan kemajuan teknologi menuntut aparat penegak hukum untuk terus beradaptasi. Di tengah derasnya arus digitalisasi, jaksa dari berbagai belahan dunia menghadapi tantangan baru dari kejahatan siber yang kian canggih hingga pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam praktik kejahatan.
Menghadapi kompleksitas ini, kolaborasi internasional menjadi kunci penting untuk memperkuat sistem peradilan pidana dan menegakkan hukum secara efektif.
Sebagai bagian dari komitmen tersebut, Indonesia turut ambil peran dalam Konferensi Tahunan International Association of Prosecutors (IAP) dan Rapat Umum Anggota ke-30 yang berlangsung pada 7–10 September 2025 di Singapura.
Forum ini menjadi ajang strategis untuk membahas tren modus kejahatan terkini, membangun ketangguhan jaksa menghadapi tantangan AI, serta memperkuat jejaring global antarpenegak hukum. Kehadiran Indonesia tidak hanya sebagai peserta, tetapi juga sebagai mitra aktif yang siap berbagi pengalaman dan menyerap praktik terbaik dari berbagai negara.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Pengurus Pusat Persatuan Jaksa Indonesia (PJI) yang terdiri dari Sekretaris Umum, Wakil Ketua Bidang Organisasi Profesi Dalam dan Luar Negeri, serta dua anggota bidang yang sama.
Konferensi IAP tahun ini mengusung tema “The Versatile Prosecutor and the Administration of Criminal Justice”, menyoroti peran dinamis jaksa di era perubahan yang cepat. Salah satu fokus utama adalah pembahasan mengenai tren perkembangan modus kejahatan yang semakin kompleks.
Para peserta memaparkan ancaman yang mencakup kejahatan keuangan lintas negara, pencucian uang, perdagangan manusia, hingga kejahatan siber yang memanfaatkan teknologi enkripsi canggih.
Bagi Indonesia, wawasan ini sangat relevan. Peningkatan kasus kejahatan digital, seperti serangan ransomware dan penipuan daring, menuntut jaksa untuk selalu meningkatkan kompetensi.
Selain membahas modus kejahatan terkini, konferensi juga menyoroti dampak besar Artificial Intelligence (AI) terhadap sistem peradilan. AI dapat menjadi alat penting dalam mengelola data perkara, mempercepat proses investigasi, dan memprediksi pola kejahatan. Namun, teknologi ini juga menghadirkan risiko baru, termasuk potensi penyalahgunaan algoritma atau manipulasi data.
Isu penting lain yang dibahas adalah penguatan jejaring antarjaksa dunia untuk menangani perkara lintas yurisdiksi, terutama dalam upaya pemulihan aset hasil tindak pidana.
Install Story Kejaksaan
story.kejaksaan.go.id